INSECURITY

Insecurity dalam bekerja

Pernahkah kamu merasa ragu akan dirimu, ragu akan kemampuanmu dalam bekerja, sering kali merasa gagal, feel nobody, dan khawatir tidak dapat menyelesaikan tugas pekerjaanmu dengan baik? Bahkan, sering kali kamu merasa tidak layak untuk mendapatkan promosi?

Jika ini yang kamu rasakan, bisa jadi kamu sedang merasa insecure (merasa tidak aman). Insecurity, atau rasa tidak aman di tempat kerja, sering kali muncul dan banyak dialami oleh para pekerja di berbagai level

Insecurity adalah hal yang sangat normal. Setiap dari kita pernah dan mungkin akan mengalami insecurity, hanya saja jenis dan levelnya berbeda. Namun, jika tidak diatasi dengan baik, insecurity bisa menggerogoti nilai diri kita dan membuat kita tidak produktif. Ada tiga penyebab utama insecurity yang biasanya muncul di tempat kerja :

1. Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Satu hal yang perlu kita pahami adalah selalu akan ada orang yang lebih baik dari kita. Selalu ada orang yang lebih pintar, lebih cepat, lebih tanggap, dan lebih terampil dari kita. Kita tidak mungkin mengetahui segala sesuatu dan menguasai segala hal. 

Memahami ini akan membuat kita merdeka dan tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain secara berlebihan. Sebetulnya, membandingkan diri boleh saja, dan ini adalah salah satu bentuk tanggung jawab atas diri kita untuk menjadi lebih baik. Selama kita membandingkan diri untuk membantu pertumbuhan diri, dan bukan untuk bersaing, mengalahkan, atau mempermalukan orang lain, hal itu diperbolehkan.

Namun, jika kita membandingkan diri dengan cara yang berlebihan dan tidak sehat, hal itu akan menjadi sabotase diri, di mana kita justru membajak potensi diri kita sendiri.

“Comparison is the thief of joy”– Theodore Roosevelt

2. Kurangnya Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri hadir dari kemampuan kita melatih diri dalam keterampilan tertentu. Tentu saja, jika kita tidak menguasai bidang tersebut, kita tidak akan percaya diri. Misalnya, jika saya tidak bisa menerbangkan pesawat, tentu saya tidak akan percaya diri untuk melakukannya. Namun, saya bisa belajar dan melatih diri melalui sekolah atau kursus agar pada akhirnya saya mampu melakukannya. Inilah sebabnya, kepercayaan diri tidaklah negatif, selama kita melihatnya dari sudut pandang yang tepat. Jika kita merasa kurang percaya diri karena keterampilan tertentu, kita perlu jujur pada diri sendiri bahwa kita perlu belajar dan melatih diri lebih lanjut agar kemampuan tersebut terbangun, dan kepercayaan diri pun tumbuh seiring dengan itu.

3. Lingkungan Kerja yang Kompetitif

Lingkungan kerja yang kompetitif bisa memicu rasa insecure. Budaya kerja yang terlalu kompetitif dapat membuat kita merasa terus menerus harus bersaing dan mengalahkan orang lain. Namun, kita harus ingat bahwa kita tetap tuan atas diri kita sendiri. Jangan sampai terjebak dalam kompetisi yang tidak sehat, di mana kita merasa perlu menjatuhkan orang lain demi terlihat lebih baik. Kompetisi itu sehat jika dilakukan untuk membangun diri kita sendiri, bukan untuk mengalahkan orang lain. Tujuannya adalah agar kita berkembang menjadi versi terbaik diri kita, bukan untuk
menghancurkan orang lain.

Empat Strategi Mengatasi Insecurity
1. Sadar Siapa Kita

Penting untuk kita mengerti bahwa kita semua diciptakan sempurna oleh Tuhan, tetapi sering kali pemikiran yang salah dan tidak sehat mengurangi nilai diri kita di mata kita sendiri. Padahal, nilai diri kita sebenarnya tidak pernah berubah sejak kita lahir hingga nanti bertemu dengan Sang Pencipta. Nilai ini tidak bergantung pada prestasi, status, kesehatan, atau kecerdasan, yang semuanya bisa naik turun. Nilai diri kita tetap 100%, sempurna di mata Tuhan.

Sering kali kita mendiskon nilai diri karena membandingkan diri dengan orang lain atau merasa tidak cukup baik. Kita perlu mengingat bahwa nilai diri kita tidak
bergantung pada apa yang kita lakukan (doing), melainkan pada siapa kita sebenarnya (being). Doing—seperti prestasi dan pencapaian—bisa fluktuatif, tapi
being, yaitu jati diri kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tetap tidak berubah.

Ketika rasa insecurity datang, kita perlu kembali kepada fondasi ini. Kita tetap berharga,  dihormati, dan dikasihi oleh Tuhan, apapun kondisi kita. Dengan kesadaran ini, kita bisa menjadi lebih kuat menghadapi tantangan, dan tidak membiarkan insecurity merusak produktivitas atau semangat kita. Kesadaran akan nilai diri ini adalah pondasi yang kokoh yang harus kita jaga agar tetap utuh meskipun prestasi kita mungkin naik turun.

2. Terus Belajar dan Berproses

Belajar adalah hal yang alami bagi manusia. Sejak lahir hingga nanti kita kembali pada Sang Pencipta, kita terus belajar. Tuhan telah memberikan harta karun dalam hidup kita, dan tugas kita adalah menggali potensi itu. Penting untuk terus melatih diri, bukan hanya agar kita tahu, tetapi juga agar kita bisa. Bukan hanya menjadi pintar dengan informasi, tapi juga mengalami transformasi dalam diri. Dengan terus belajar, kita akan menemukan bahwa rasa insecure jauh lebih mudah dikendalikan, karena kita semakin mampu dan yakin dengan diri kita sendiri. Milikilah mentalitas seorang murid yang terus belajar dan bertumbuh.

3. Menggali Akar dari Insecurity

Insecurity adalah sinyal yang perlu kita pahami. Ketika kita merasa insecure, cobalah untuk menggali lebih dalam: apa yang menjadi penyebabnya? Misalnya, jika kamu merasa insecure ketika atasan membahas tentang gelar akademik, mungkin itu karena kamu merasa kurang dalam hal pendidikan. Atau jika kamu merasa insecure saat membahas kemampuan bahasa asing, mungkin karena rekan kerja lebih mahir. Dengan memahami akar dari insecurity ini, kita bisa mulai mencari solusi. Misalnya, kita bisa belajar lebih banyak atau mencari cara untuk memperbaiki kekurangan kita. Jangan terburu-buru menghakimi diri sendiri saat merasa insecure, tapi gunakan rasa itu untuk mencari tahu apa yang bisa diperbaiki.

4. Berkomunikasi dengan Atasan dan Rekan Kerja

Komunikasi adalah jembatan yang penting. Ketika kita berkomunikasi dengan baik, kita bisa memahami lebih jelas harapan dari atasan atau rekan kerja. Komunikasi yang terbuka dan jujur juga akan membantu kita menerima masukan dan saran dari orang lain. Kita butuh saran, dukungan, dan tuntunan agar bisa terus berkembang. Komunikasi yang sehat bisa mengurangi kesalahpahaman dan membantu kita melihat hal-hal dari sudut pandang yang lebih luas. Namun, komunikasi juga membutuhkan sikap rendah hati untuk menerima kritik, saran, dan masukan dengan hati yang terbuka.

Tiga pertanyaan untuk direnungkan:
  1. Apakah saya sering membandingkan diri dengan rekan kerja, dan bagaimana perasaan saya ketika melakukannya? Apakah perbandingan ini membantu saya bertumbuh atau justru membuat saya merasa tidak berharga?
  2. Apa saja keterampilan atau kemampuan yang saya rasa perlu ditingkatkan agar saya lebih percaya diri dalam pekerjaan? Apa langkah konkret yang bisa saya ambil untuk memulai proses belajar tersebut?
  3. Bagaimana saya bisa berkomunikasi lebih baik dengan atasan atau rekan kerja agar saya mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi rasa
    insecurity?

By : Lukito Sutanto

 

 

 

Leave a Comment