Proses Itu Penting: Kenapa Kita Sering Skip?
Dalam hidup ini, sebenarnya tidak ada tantangan yang terlalu besar untuk dihadapi. Setiap masalah, pergumulan, dan rintangan bukanlah sesuatu yang benar-benar kuat atau tak tertahankan. Yang menentukan apakah kita bisa menghadapinya atau tidak bukanlah beratnya masalah itu sendiri, tetapi bagaimana kita membangun ketahanan diri dalam menjalani setiap proses kehidupan.
Ibarat pergi ke gym, kita tidak langsung mengangkat beban 50 kg di hari pertama. Kita mulai dari yang ringan, lalu bertahap meningkatkan level beban kita. Uniknya, beban itu tidak berubah—5 kg tetaplah 5 kg, 30 kg tetaplah 30 kg—tetapi tubuh kita yang berubah. Otot kita yang semakin kuat. Sikap dan mental kita yang semakin terbentuk. Begitu pula dalam kehidupan: bukan masalahnya yang makin ringan, tetapi kita yang semakin siap menghadapinya.
Lalu, kenapa banyak orang justru menghindari proses ini? Kenapa kita sering ingin langsung lompat ke hasil tanpa mau melewati tahapannya? Setidaknya ada tiga alasan utama mengapa kita sering skip proses yang sebenarnya penting dalam hidup kita.
1. Paradigma Kita tentang Tantangan Berubah
Ketika masih kecil, kita senang dengan tantangan. Seorang anak yang belajar berjalan tidak pernah takut jatuh. Mereka jatuh, bangkit, coba lagi, dan terus melakukannya sampai akhirnya bisa berjalan dan berlari. Mereka menikmati setiap proses itu tanpa takut gagal.
Namun, saat kita bertumbuh dewasa, paradigma kita berubah. Kita mulai melihat tantangan bukan sebagai sesuatu yang menarik, tetapi sebagai beban. Kita menjadi terlalu nyaman dengan keadaan saat ini dan menghindari hal-hal yang mengganggu zona nyaman tersebut.
Padahal, tantangan ada bukan untuk menjatuhkan kita, tetapi untuk membawa kita ke level berikutnya. Carol Dweck, dalam teorinya tentang Growth Mindset, menjelaskan bahwa orang yang percaya bahwa kemampuan mereka bisa berkembang akan lebih mungkin bertahan dalam menghadapi tantangan. Sebaliknya, mereka yang memiliki fixed mindset akan melihat tantangan sebagai ancaman dan memilih untuk menghindarinya.
“Challenges are what make life interesting and overcoming them is what makes life
meaningful.” — Joshua J. Marine
2. Kebiasaan Menunda
Saat masih kecil, kita penuh rasa ingin tahu. Begitu melihat sesuatu yang menarik, kita langsung mencoba. Kita eksplorasi dunia tanpa takut salah.
Tapi ketika dewasa, kita mulai punya terlalu banyak pertimbangan. “Nanti saja,” “Tunggu siap dulu,” “Nanti kalau sudah sempurna baru mulai.” Akhirnya, kita tidak pernah benar-benar masuk ke dalam proses yang seharusnya kita jalani.
Sejarah menunjukkan bahwa banyak orang sukses bukan karena mereka selalu siap, tetapi karena mereka berani mulai duluan. Elon Musk tidak menunggu teknologi roket sempurna untuk mendirikan SpaceX. Dia mulai dulu, lalu belajar dan memperbaiki di sepanjang jalan.
“The way to get started is to quit talking and begin doing.” — Walt Disney
Hidup ini seperti menaiki tangga. Tidak ada orang yang bisa langsung melompat ke anak tangga ketujuh tanpa melewati tangga satu sampai enam. Jika kita terus menunda, kita akan kehilangan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
3. Perfeksionisme yang Menjebak
Di era media sosial, kita sering terjebak dalam ilusi kesempurnaan. Kita melihat orang lain flexing kesuksesan mereka, memamerkan pencapaian besar, dan tanpa sadar kita merasa bahwa hal-hal kecil dalam hidup kita tidak berarti.
Kita berpikir, “Kalau tidak bisa melakukan sesuatu yang besar, mending tidak usah sama sekali.” Akibatnya, kita melewatkan banyak hal kecil yang sebenarnya bisa membentuk kita menjadi lebih baik.
Padahal, semua yang besar selalu dimulai dari yang kecil. Bill Gates tidak langsung membangun Microsoft di gedung megah; dia mulai dari garasi. Albert Einstein tidak langsung menemukan teori relativitas; dia memulai dari banyak pertanyaan kecil yang akhirnya membentuk pemikirannya.
“Do not despise small beginnings, for the Lord rejoices to see the work begin.” —
Zechariah 4:10
Jadi, bukan soal apakah sesuatu itu besar atau kecil, keren atau tidak, tetapi soal apakah kita mau setia dalam proses. Ketika kita setia dalam hal kecil, kita sedang melatih diri untuk hal yang lebih besar.
Bagaimana Agar Kita Bisa Menjalani Prosesdengan Baik?
Setelah memahami tiga penyebab utama kita sering melewatkan proses, bagaimana cara kita mengubah pola pikir agar lebih bisa menikmati perjalanan hidup ini?
1. Lihat Segala Sesuatu sebagai Kesempatan
Setiap hal dalam hidup adalah kesempatan untuk bertumbuh. Jangan hanya melihat sesuatu dari hasil akhirnya, tetapi lihatlah dari potensi yang bisa dikembangkan dalam prosesnya. Kesempatan itu bukan hanya soal sukses atau gagal, tetapi tentang memperbesar kemungkinan—kemungkinan untuk menjadi lebih baik, lebih kuat, lebih bijak, lebih sehat, lebih tajam dalam berpikir, dan lebih tangguh dalam menghadapi hidup. Setiap proses yang kita jalani, sekecil apa pun, sedang membuka pintu untuk kemungkinan-kemungkinan baru yang lebih besar.
Contoh sederhana: ketika kita ditugaskan mengerjakan sesuatu yang kelihatannya kecil dan remeh, anggap itu sebagai latihan untuk mengembangkan ketekunan dan kedisiplinan. Mungkin terlihat sepele, tetapi jika dilakukan dengan konsisten, hal kecil ini bisa membentuk karakter yang lebih solid dan membuka jalan untuk tanggung jawab yang lebih besar di masa depan.
“Every adversity, every failure, every heartache carries with it the seed of an equal
or greater benefit.” — Napoleon Hill
Setiap tantangan dalam hidup adalah benih dari sesuatu yang lebih besar. Jika kita mampu melihatnya sebagai kesempatan, kita tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang melampaui batas yang kita pikirkan sebelumnya. Jadi, jangan takut dengan hal kecil—karena dari situlah langkah besar dimulai.
2. Belajar Tanpa Henti
Banyak orang menghindari belajar karena merasa cukup dengan pengalaman. Padahal, belajar dan mengalami adalah dua sisi koin yang saling melengkapi. Pengalaman memberi kita pembelajaran praktis, sementara belajar memberi kita wawasan yang lebih luas. Keduanya tidak
bisa dipisahkan jika kita ingin bertumbuh secara maksimal. Proses belajar bukan sekadar mengumpulkan informasi, tetapi ada tiga tahapan utama yang perlu
kita jalani:
- Informasi
Ini adalah tahap paling dasar. Di sini, kita hanya perlu membaca, mendengar, dan melihat. Setiap hari, dunia menyediakan begitu banyak informasi yang bisa kita akses melalui buku, kelas, podcast, seminar, atau bahkan percakapan dengan orang lain. Namun, sekadar menerima informasi saja tidak cukup—kita harus melangkah ke tahap berikutnya.
- 2. Inspirasi
Ini adalah proses berpikir, bertanya ke dalam diri, mengevaluasi pengalaman, dan menemukan pemahaman yang lebih dalam. Inspirasi terjadi ketika kita mulai bertemu dengan diri sendiri, memahami apa yang sebenarnya kita butuhkan, dan berdamai dengan proses yang harus kita jalani. Di tahap ini, kita belajar untuk melihat sesuatu dari sudut pandang baru dan menyadari bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk berkembang.
- Transformasi
Ini adalah tahap keberanian. Kita mulai memutuskan hal-hal yang perlu kita lakukan dan berkomitmen untuk bertindak. Transformasi bukan hanya tentang mengetahui apa yang benar, tetapi juga memiliki keberanian untuk menerapkannya dalam kehidupan nyata. Tanpa langkah nyata, semua inspirasi hanya akan menjadi wacana. Di sinilah perubahan terjadi—saat kita mulai bergerak dengan keputusan yang jelas untuk membangun diri kita lebih baik.
“Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.” —
Mahatma Gandhi
Belajar bukan hanya tentang mengumpulkan pengetahuan, tetapi tentang bagaimana kita mengolahnya menjadi kebijaksanaan yang membentuk hidup kita. Maka, jangan hanya berhenti di informasi. Bertanyalah pada diri sendiri, temukan inspirasimu, dan beranilah mengambil langkah untuk berubah!
3. Berada dalam Komunitas yang Mendukung
Pertumbuhan tidak bisa dilakukan sendirian. Kita bukan manusia yang diciptakan untuk berjalan sendiri; kita membutuhkan lingkungan yang mendukung, teman-teman yang mendorong kita maju, dan mentor yang bisa membimbing kita dalam proses.
Bergabunglah dengan komunitas yang positif—lingkungan yang tidak hanya memberi perspektif baru tetapi juga membantu kita keluar dari kebiasaan menunda. Komunitas yang sehat akan menjadi tempat di mana kita terus diingatkan bahwa setiap proses dalam hidup itu berharga, bahkan ketika kita merasa lelah atau ingin menyerah.
Seperti yang dikatakan oleh Jim Rohn:
“You are the average of the five people you spend the most time with.”
Orang-orang di sekitar kita sangat mempengaruhi cara kita berpikir, bertindak, dan berkembang. Jika kita ingin maju, kita perlu berada di antara orang-orang yang juga bertumbuh. Belajar dari mereka, berbagi perjalanan dengan mereka, dan saling mendukung dalam setiap tantangan. Jangan takut mencari komunitas yang bisa menguatkanmu. Bersama-sama, kita bisa mencapai lebih banyak daripada yang bisa kita lakukan sendirian
Kesimpulan: Jangan Skip Proses!
Hidup ini adalah perjalanan, bukan hanya soal tujuan akhir. Setiap tantangan, setiap rintangan, setiap langkah kecil yang kita ambil adalah bagian dari proses yang membentuk kita menjadi lebih kuat.
Jangan takut tantangan—lihat itu sebagai peluang. Jangan menunda—ambil langkah kecil sekarang juga. Jangan terjebak perfeksionisme—mulai dari apa yang ada. Karena pada akhirnya, bukan masalahnya yang terlalu besar, tetapi otot kehidupan kita yang belum cukup dilatih. Maka, mari berproses!
By : Lukito Sutanto