Pujian dan kritik adalah dua bagian dalam hidup yang akan kita alami. Bicara tentang pujian, sadar atau tidak, suka atau tidak, kita pasti pernah dipuji orang. Pujian adalah sesuatu yang perlu kita terima, nikmati dan syukuri.

Apa itu pujian?

Pujian adalah pengakuan atau penghargaan (apresiasi) terhadap kualitas (karakterm tindakan, pemikiran dll) dan pencapaian yang kita miliki. Dalam dunia kerja, pujian bisa menjadi motivasi besar, namun jika kita tidak berhati hati pujian juga bisa membawa masalah besar dalam hidup kita.

Sebagai manusia, sangatlah normal kita menjadi bahagia dan bangga saat diberikan pujian.

Empat hal penting tentang pujian:
  1. Pujian hanyalah ekspresi persetujuan

Pujian pada dasarnya hanyalah bentuk persetujuan terhadap nilai atau kualitas yang kita tampilkan. Ketika seseorang memuji kita, mereka sesungguhnya menyetujui atau menghargai nilai, cara pikir, atau tindakan yang kita tunjukkan. Misalnya, saat kita mendapat pujian karena ketelitian dalam bekerja, itu menunjukkan bahwa orang yang memuji kita sepakat dengan nilai ketelitian tersebut. Sementara itu, mereka yang tidak setuju mungkin menganggap tindakan kita berlebihan atau sia-sia dan tidak akan memberikan pujian.

“Pujian diberikan sebagai bentuk rasa setuju terhadap nilai atau tindakan kita, bukan diri kita seluruhnya”

2. Pujian Tidak Ditujukan kepada Pribadi Kita

Pujian sesungguhnya hanya menyentuh nilai atau pencapaian tertentu yang kita tunjukkan; ia tidak pernah menggambarkan keseluruhan pribadi kita. Ketika seseorang memuji kita atas sebuah prestasi atau sifat tertentu, pujian tersebut terbatas pada aspek tertentu yang dihargai oleh orang lain. Pujian tidak pernah mencakup semua sisi diri kita, melainkan hanya sisi yang tampak atau yang kita tunjukkan pada momen tertentu.

Banyak tokoh publik, seperti Angelina Jolie, dipuji karena dedikasinya sebagai duta kemanusiaan. Namun, Jolie sendiri pernah berbicara bahwa pujian tersebut tidak menggambarkan seluruh dirinya, karena di sisi lain, ia juga berjuang sebagai seorang ibu dan individu yang memiliki kerentanan pribadi. Ia dipuji untuk satu aspek, tetapi aspek lain dari kehidupannya, yang mungkin tidak terlihat publik, memiliki tantangan dan kompleksitas yang berbeda.

“Pujian yang kita terima sesungguhnya bukanlah tentang kita, itu hanya tentang nilai atau pencapaian yang kita tunjukan”

3. Pujian Hanya Bersifat Sementara

Pujian tidak tinggal untuk selamanya, ia hanya hadir selama kita masih menunjukan nilai atau pencapaian yang dipuji. Saat kita berhenti menunjukan nilai dan pencapaian itu maka pujian itu pun akan perlahan lahan hilang.

Banyak tokoh publik yang dulunya dihormati, bahkan dielu-elukan, kemudian mengalami perubahan pandangan publik terhadap mereka.

Misalnya Bill Cosby, yang dahulu dipuja dan dicintai sebagai komedian serta aktor yang terkenal dengan serial “The Cosby Show.” Ia dianggap sebagai figur ayah yang ideal dan memiliki nilai-nilai keluarga yang kuat, yang mencerminkan kesan positif pada publik. Namun, setelah muncul tuduhan pelecehan seksual terhadap dirinya, pandangan publik berubah drastis. Banyak yang beralih dari memuji dan menghormatinya menjadi mengecam tindakannya.

Contoh lainnya adalah Tiger Woods, yang dulu dipuja sebagai salah satu pegolf terbaik sepanjang masa, dengan karir yang gemilang dan pencapaian luar biasa dalam dunia olahraga. Namun, setelah skandal perselingkuhannya terungkap, ia kehilangan banyak dukungan dan penghargaan dari publik serta sponsor. Pandangan publik bergeser dari kekaguman menjadi kritik keras.

“Pujian tidak tinggal untuk selamanya; ia hanya hadir selama kita menunjukkan nilai atau pencapaian yang dihargai.”

4. Pujian Tidak Boleh Mengikat

Pujian, meskipun bisa memberi dorongan positif, tidak boleh mengikat kita. Ketika kita bergantung pada pujian untuk merasa berharga, kita membatasi diri hanya pada apa yang diharapkan orang lain. Akibatnya, kita tidak bisa bebas mengeksplorasi versi terbaik dari diri kita. Jika kita terus-menerus mencari kepuasan dari pujian, kita berisiko menjadi kecil di dalam batasan itu, kehilangan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang lebih luas.

Pujian memang bisa berfungsi sebagai motivasi sementara, namun bukan sebagai tujuan akhir. Ketika pujian menjadi sumber utama validasi, kita cenderung takut membuat kesalahan atau mencoba hal baru yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi orang lain. Padahal, kebebasan diri terletak pada kemampuan untuk terus bertumbuh tanpa rasa takut terhadap penilaian. Memiliki kebebasan ini memungkinkan kita untuk terus berkembang, menemukan potensi yang tidak terduga, dan mengejar tujuan pribadi dengan lebih otentik.

“Pujian adalah motivasi sementara, bukan batasan yang mengikat kebebasan diri kita.”

Tiga Hal yang Perlu Dilakukan Saat Dipuji
1. Katakan “terima kasih”

Saat ada orang yang memuji, sampaikan rasa terima kasih Anda. Berikan penghargaan atas penilaian yang orang lain berikan kepada Anda. Tersenyumlah, berbahagialah, dan banggalah atas setiap kata-kata dari pujian itu. Namun, tetaplah jaga “keseimbangan” emosi Anda dan tetaplah rendah hati untuk terus mengembangkan diri Anda. Dalam bekerja, jika Anda dipuji, banggalah. Namun, ingatlah pujian hanya sementara. Jika Anda berhenti bekerja dengan baik,
maka yang datang bukan pujian, melainkan surat teguran. Bekerjalah bukan untuk pujian orang lain, tetapi untuk Anda menjadi lebih maksimal.

“Terima pujian dengan rasa syukur, tapi tetap rendah hati dan berkomitmen untuk terus berkembang, karena pujian hanyalah sementara, namun kualitas kerja yang baik akan bertahan lama.”

2. Do not make it personal

Banyak dari kita cenderung melihat pujian sebagai sesuatu yang personal. Kita mulai melihat pujian atau orang yang memberikan pujian dari sudut pandang yang kurang tepat. Sering kali, kita memasukkan orang tersebut ke dalam “daftar penggemar” dan mulai berpikir bahwa mereka akan selalu menyukai atau setuju dengan kita. Namun, ketika suatu saat orang itu memberikan masukan, nasihat, atau kritik, kita mungkin merasa dikhianati. Perasaan ini muncul
karena kita menganggap pujian sebagai bentuk dukungan permanen, padahal pujian hanya mencerminkan apresiasi sesaat terhadap tindakan atau kualitas tertentu yang kita tunjukkan

“Pandanglah pujian sebagai apresiasi sementara, bukan jaminan kesetiaan, agar kita tetap fokus pada perkembangan diri dan terbuka terhadap kritik.”

3. Bersiaplah untuk diberi masukan (kritik)

Saat kita disukai orang, bersiaplah untuk tidak disukai. Saat kita dipuji, bersiaplah untuk dikritik.Pujian dan kritik adalah bagian dari proses kehidupan. Saat kita bekerja, pujian adalah penghargaan atas hasil yang telah dicapai; sedangkan nasihat dan kritik adalah penghargaan atas perhatian dan kepedulian untuk terus maju. Seorang pemimpin yang baik tahu kapan harus memuji dan memberikan masukan, bahkan kritik. Tanpa keseimbangan antara pujian dan kritikan, kita tidak akan mengalami pertumbuhan yang baik.

“Pujian mengakui pencapaian, kritik mengarahkan pada kemajuan; keseimbangan keduanya adalah kunci pertumbuhan sejati.”

4. Gunakan pujian untuk terus berkembang

Pujian adalah bentuk pengakuan awal atas potensi yang kita miliki, tetapi berhenti pada pujian saja bisa membatasi kemajuan diri kita. Pujian adalah motivasi tingkat dasar; ia menunjukkan bahwa ada nilai tertentu yang sudah kita tunjukkan. Misalnya, ketika kita dipuji karena selalu datang tepat waktu, hal ini memang menunjukkan kedisiplinan, namun belum tentu memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan karier. Kedisiplinan memang baik, namun untuk mencapai kemajuan yang lebih besar, kita perlu mengembangkan keterampilan dan kontribusi kita.

Untuk melangkah lebih jauh, kita perlu mengasah keterampilan dan karakter sehingga menjadi aset yang nyata bagi tim atau perusahaan tempat kita bekerja. Pembaruan diri yang berkelanjutan membuat kita semakin berharga, bukan hanya dalam hal pujian, tetapi juga dalam kemampuan memberikan dampak yang lebih besar.

“Jadikan pujian sebagai batu loncatan, bukan tujuan akhir. Asah potensi Anda setiap hari untuk mencapai versi terbaik diri.”

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Bagaimana cara kita menerima pujian tanpa merasa terlalu bergantung padanya untuk membangun rasa percaya diri?

2. Apakah kita sudah cukup terbuka untuk menerima kritik sebagai sarana pengembangan diri, sama seperti kita menerima pujian?

3. Bagaimana kita dapat menggunakan pujian sebagai motivasi untuk terus mengasah potensi, tanpa menjadikannya sebagai tujuan akhir?

 

By : Lukito Sutanto

Leave a Comment